Ayah Muda dan Seorang Gadis

Di pinggiran kota yang ramai mobil dan sepeda motor berlalu lalang terdapat seorang ayah muda sedang menimang anaknya yang masih berusia sebulan. Ditemani oleh sore hari yang cerah, sinar matahari yang menerobos   daun – daun yang bergoyang tertiup angin sepoi – sepoi. Anaknya yang dari tadi menangis mulai menjadi – jadi.
“Diamlah, nak!” sambil menggoyang – goyang badan sang anak
Sang anak tidak diam malah tanggisannya bertambah keras.
“Uh….. apa yang kau ingin kan, ayah tidak tahu. Aku sudah memberimu susu, mengganti popokmu dan sekarang popokmu pun masih bersih” memegang kepala, seakan kepalanya akan pecah.
“Kasihan anakmu dari tadi menanggis terus”
Ada suara seorang gadis dari belakang mengagetkan ayah tersebut. Gadis berpakaian santai dan membawa tas seperti pulang dari sekohah.
“Ah, oh ini dari tadi menangis terus saya berusaha menenangkan tapi tidah bisa” sedikit terkejut.
“hemt..maaf boleh saya menggendongnya” menyodorkan tangan mengambil bayi tersebut.
“Baiklah” memberikan.
Entah apa yang dimiliki gadis itu bayi tersebut langsung diam tanpa botol susu. Gadis itu hanya menimang sambil menyanyikan senandung –senandung halus yang keluar dari mulutnya. Ayah muda hanya melihat keheranan yang dilakukan gadis tersebut.
“Apa yang kau lakukan?”
“Tidak hanya seperti ini. Boleh saya memberi sedikit nasehat?”
“Silahkan”
“Bayi perlu diberi perasaan halus. Percuma jika anda menggendongnya saja, memberikan susu, mengganti popok. Itu semua tidak cukup” menasehati.
“Seperti perasaan seorang ibu?” menjelaskan
“iya seperti itulah, eh tapi tidak hanya seorang ibu. Ayah pun bisa memberikannya. Ngomong – ngomong dimana ibunya?”
Wajah ayah muda yang tersenyum mendengarkan penjelsan tersebut berubah menjadi sedih.
“Ibunya meninggal setelah melahirkannya”
“Maaf, saya tidak tahu.” Dengan muka menyesal menanyakan hal tersebut.
“iya tidak apa. Dari pakaian dan tas yang kamu bawa. Kamu masih sekolah ya?” sambil melihat tas.
“Iya kuliah hampir selesai kok. Ini tinggal ngurusun skripsi.”
Tidak terasa waktu terus berjalan dan matahari pun mulai tenggelam ke barat. Tadi cahaya matahari yang masih terang menjadi lebih redup. Mobil dan motor yang tadi ramai berlalu lalang menjadi sepi digantikan oleh beberapa motor.
“Maaf, saya harus pulang sekarang sudah jam 5” sambil melihat jam di tangannya lalu menyerahkan bayi ke ayahnya.
“Iya, terima kasih atas bantuan dan nasehatnya. Hati – hati!” berteriak ke arah gadis tersebut yang hampir berbelok ke gang.
Ayah muda menimang anaknya yang masih tertidur pulas, tiba – tiba bayinya bergerak dan mulai menanggis lagi. Sang ayah hanya menarik nafas panjang berfikir sebentar, lalu berlari menuju gang gadis tersebut berbelok. Bukan gadis yang ditemuinya melainkan hanya pejalan kaki.
“Iya saya lupa”
Ayah muda memalihkan wajah mengikuti suara tersebut. Dilihatnya gadis itu tersenyum.
   “Jangan membawanya dekat jalan raya. Lebih baik ke taman.”
Sambil mendekat ke arah gadis membawa anaknya yang menangis.
“Baiklah besok saya akan membawanya ke taman.” Tersenyum. 
~VH~

1 komentar:

  1. Anonim mengatakan...:

    Maaf, numpang blogwalking ya
    http://indonesianartistsunited.blogspot.com/

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Je suis juste une fille ordinaire

Nama

Email *

Pesan *

2015 Vicka H & Iin A Blog's. Diberdayakan oleh Blogger.

Member